Sabtu, 26 Maret 2016

“MENGGIATKAN GEOWISATA, MENGHIDUPKAN GEOPARK”


Yani Adriani

Perjalanan membangun taman bumi, atau lebih dikenal dengan geopark, di Indonesia sudah hampir sembilan tahun, dimulai pada tahun 2007 ketika Masyarakat Pemerhati Geowisata (MAPEGI) mengadakan pertemuan di Bandung, dan menyepakati akan mulai mengembangkan geopark di Indonesia (Rachmat, 2015). Kini, Indonesia telah memiliki enam geopark. Dua taman bumi sudah menjadi bagian dari Global Geopark Networks UNESCO, yaitu Geopark Batur yang mendapatkan statusnya pada tahun 2012, menyusul Geopark Gunung Sewu yang baru pada tahun 2015 lalu meraihnya. Empat geopark lainnya baru diakui sebagai geopark nasional, yaitu Geopark Kaldera Toba, Geopark Rinjani-Lombok, Geopark Merangin, dan Geopark Ciletuh.

GEOPARK DAN GEOWISATA

Geopark sebenarnya adalah sebuah konsep pembangunan berkelanjutan yang diterapkan pada wilayah yang di dalamnya terdapat geoheritage bernilai penting secara internasional (Robinson, 2015). Karena merupakan konsep pembangunan berkelanjutan, status Geopark Dunia atau Geopark Nasional bukan merupakan akhir perjalanan, justru awal perjuangan untuk mewujudkan pembangunan yang tidak hanya memberikan perlindungan terhadap sumber daya alam dan budaya, tetapi juga kesejahteraan kepada masyarakat lokal. ‘Menghidupkan’ geopark merupakan PR besar yang harus dijawab bersama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, pihak industri, dan bahkan masyarakat setempat.

Geowisata merupakan inovasi produk pariwisata yang sudah teruji menghidupkan geopark di negara-negara dunia, sekaligus meningkatkan perekonomian daerah dan masyarakat. Geowisata mulai dibicarakan pada tahun 1956, pencetusnya  adalah Michele Gortani, geologis Italia yang mengatakan bahwa dalam pikiran para geologis, lanskap itu hidup dan berbicara pada mereka (Ngwira, 2015). Geowisata merupakan suatu bentuk pariwisata yang secara khusus memfokuskan pada ‘cerita’ geologi dan lanskap yang membentuk karakter suatu wilayah.

Geowisata membantu wisatawan meningkatkan pengetahuan tentang sumber daya alam dan geologi, serta identitas budaya lokal dan langkah-langkah untuk melestarikannya. Geowisata mendorong pengembangan produk-produk lokal dan melibatkan masyarakat dalam strategi-strategi inovatif dan geomarketing. Di negara-negara geopark dunia, telah banyak berkembang jalur-jalur geowisata (geotrails), geomuseum, geosport, bahkan georestaurant dan geobakeries, sebagai bentuk inovasi dari pengembangan geowisata dan geoproduk (Farsani dkk, 2010). Dengan mengembangkan geowisata, geopark memiliki peluang untuk menciptakan lapangan pekerjaan, mengembangkan kegiatan ekonomi baru, dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.

LANGKAH AWAL MENGGIATKAN GEOWISATA DI GEOPARK
Pengembangan geowisata di geopark Indonesia, khususnya, masih berada pada tahap awal, dan belum memberikan nilai ekonomi yang signifikan bagi masyarakat. Perlu upaya yang lebih inovatif dengan mengedepankan keterlibatan masyarakat agar dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat sekaligus meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan upaya konservasi.

Sejak tahun 2015, Kementerian Pariwisata mendorong perkembangan geowisata yang lebih inovatif melalui jalur geowisata tematik. Sebagai pilot, dimulai dari Geopark Rinjani-Lombok (NTB) dan Geopark Ciletuh (Jawa Barat). Pengembangan jalur geowisata tematik dilakukan bersama seluruh pihak, termasuk masyarakat, dimulai dari menggali potensi geologi, keanekaragaman hayati, dan budaya, sampai pada perencanaan interpretasi dan pelatihan interpretasi bagi para pemandu wisata dan pihak terkait.

Geopark Rinjani-Lombok mengembangkan empat jalur geowisata yang akan menjadi tema pengembangan produk pariwisatanya, yaitu a) Jejak Gunung Api Purba di Pesisir Barat Pulau Lombok; b) Jejak Gunung Api Purba di Lembah Sembalun; c) Gunung Api Termuda Rinjani; d) Lanskap Budaya Rinjani. Geopark Ciletuh juga telah menyusun jalur geowisata dengan lima tema pengembangan produk pariwisata: a) Menyusuri Curug, Surganya Pajampangan; b) Puncak Tertinggi Girimukti; c) Gemerlapnya Bebatuan Mandrajaya; d) Hamparan Bebatuan Ter-Hade di Surade; e) Jejak Fosil Tektonik di Ciletuh.

Tema-tema geowisata ini menjadi pemadu dan penyelaras pengembangan produk pariwisata di geopark. Melalui tema ini, pengembangan tiga pilar produk pariwisata: atraksi (daya tarik wisata geologi, keanekaragaman hayati, dan budaya), amenitas (fasilitas pariwisata, fasilitas umum, prasarana umum), dan aksesibilitas, diarahkan untuk membangun suasana dan geoproduk yang sesuai dengan tema.  Pengembangan jalur geowisata tematik di dua geopark diharapkan dapat diikuti oleh keempat geopark lainnya, terutama geopark yang sudah menjadi anggota Global Geopark Networks (GGN), sebagai bentuk inovasi dalam menarik kunjungan wisatawan yang lebih berkualitas, tidak hanya jumlah yang besar, tetapi juga manfaat yang besar bagi perekonomian dan lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA:

Farsani, N.T., Celeste C., dan Carlos C. (2010). Geotourism and Geoparks as Novel Strategies for Socio-economic Development in Rural Areas. International Journal of Tourism Research. Published online in Wiley Inter Science (www.interscience.wiley.com).
Ngwira, P.M. (2015). Geotourism and Geoparks; Africa’s Current Prospects for Sustainable Rural Development and Poverty Alleviation. Dalam From Geoheritage to Geoparks: Case Studies from Africa and Beyond. Switzerland: Springer International Publishing.
Rachmat, Heryadi (2015). Pemanfaatan Geodiversity untuk Pengembangan Geowisata dan Geopark (Studi Kasus: Gunung Kelimutu Flores Nusa Tenggara Timur). http://geopark-lusi.blogspot.co.id/ 2015/09/heryadi-pemanfaatan-geodiversity-untuk.html, diakses tanggal 26 Maret 2016.
Robinson, Angus M. (2015). Geotourism, Geoparks and Geotrails: A Tourism Development Opportunity for Australia. http://www.leisuresolutions.com.au/index.php/geotourism-industry-groups/, diunduh tanggal 26 Maret 2016.

Bandung, 26 Maret 2016

Tulisan ini saya ramu dari bahan-bahan yang tidak jadi digunakan dalam artikel yang disiapkan untuk Gatra edisi Maret 2016. Semoga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar