Sabtu, 02 Mei 2015

SISTEM KEPARIWISATAAN: BERBAGAI SUDUT PANDANG

Kepariwisataan merupakan fenomena yang kompleks, melibatkan banyak sektor dan banyak aktor dalam pembangunannya. Komponen-komponen dalam kepariwisataan saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Hal ini menggambarkan bahwa kepariwisataan adalah sebuah sistem.
Pemikiran tentang kepariwisataan sebagai sebuah sistem mulai berkembang pada tahun 1964, ketika Wolfe mengembangkan outdoor recreation system dan mengemukakan bahwa pariwisata lebih dari sekedar industri tetapi sebuah sistem yang terdiri dari komponen-komponen utama yang saling terkait dalam hubungan yang erat dan saling mempengaruhi (Gunn, 1994). Penelitian-penelitian tentang sistem kepariwisataan berkembang dengan pesat pada tahun 1970 – 1980-an, serta sebagian besar membahas tentang dasar teori dan konteks sistem kepariwisataan dalam proses perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan (Scarpino 2009).

1. Sistem Kepariwisataan sebagai Dasar Teori

Model sistem kepariwisataan sebagai dasar teori antara lain dibahas oleh Gunn (1972) dan Leiper (1981). Model sistem kepariwisataan Gunn lebih sarat dengan aspek-aspek ekonomi, yang mengemukakan keterkaitan antara sisi sediaan (supply) dengan permintaan (demand) serta faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya. Gunn berpendapat bahwa untuk memuaskan permintaan pasar, sebuah negara, wilayah, atau masyarakat harus menyediakan beragam pembangunan dan pelayanan (sisi sediaan). Kesesuaian antara sisi sediaan dengan sisi permintaan adalah kunci keberhasilan dalam pengembangan kepariwisataan yang benar (Gunn 2002).
Gunn kemudian menjelaskan bahwa keberhasilan sistem kepariwisataan dipengaruhi juga oleh faktor-faktor eksternal. Beberapa faktor dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap bagaimana kepariwisataan harus dikembangkan (ibid). Gunn mengidentifikasi sembilan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi sistem kepariwisataan, yaitu sumber daya alam, sumber daya budaya, organisasi/kepemimpinan, keuangan, tenaga kerja, kewirausahaan, masyarakat, kompetisi, dan kebijakan pemerintah (Gunn 2002). Model sistem kepariwisataan Gunn dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


                                              Sumber: dimodifikasi dari Gunn 2002

Gambar 1 Sistem kepariwisataan Gunn (1972)-dimensi ekonomi
Berbeda dengan Gunn, Leiper (1981 dalam Getz 1986) memandang sistem kepariwisataan dari dimensi spasial. Gunn mengungkapkan bahwa sistem kepariwisataan merupakan hubungan yang saling ketergantungan antara daerah pembangkit wisatawan dengan destinasi pariwisata (ibid).
Model Leiper mengidentifikasi lima komponen dalam sistem kepariwisataan, yaitu wisatawan, daerah tempat tinggal wisatawan, jalur transit, destinasi pariwisata, dan industri pariwisata. Leiper juga mengemukakan bahwa pariwisata terjadi jika satu saja dari komponen-komponen tersebut ada dalam suatu proses yang saling terkait (Leiper dalam Pratiwi 2010). Sistem kepariwisataan Leiper dapat dilihat pada gambar berikut ini.



Sumber: Leiper dalam Pratiwi 2010
Gambar 2 Sistem kepariwisataan Leiper (1981)-dimensi spasial

2. Sistem Kepariwisataan dalam Proses Perencanaan/Pengelolaan Pariwisata

Model sistem kepariwisataan yang mengaitkannya dengan konteks proses perencanaan/pengelolaan pariwisata dikemukakan antara lain oleh Mill & Morrison (1985), yang kemudian dikembangkan pada tahun 1992, serta Cornellisen (2005). Mill & Morrison mengungkapkan empat komponen pembentuk sistem kepariwisataan, yaitu market (pasar), marketing (pemasaran), destination (destinasi/daerah tujuan wisata), dan travel (perjalanan).
-  Market (pasar): mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi pasar dengan penekanan pada perilaku pasar, faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perjalanan wisata, dan proses pengambilan keputusan berwisata.
-  Marketing (pemasaran): menfokuskan pada strategi bagaimana pengelola pariwisata merencanakan, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada wisatawan.
-  Travel (perjalanan): fokus pada pergerakan wisatawan, moda transportasi, dan segmen pasar.
-  Destination (destinasi/daerah tujuan wisata): mencakup proses dan prosedur yang dilakukan oleh destinasi pariwisata dalam pembangunan dan mempertahankan keberlanjutan kepariwisataan.

Model Mill & Morrison dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
 

                           Sumber: Scarpino 2009, berdasarkan pada Mill&Morrison (1992)

Gambar 3 Sistem kepariwisataan Mill&Morrison (1985)-konteks perencanaan/pengelolaan kepariwisataan

Pada awalnya, model sistem kepariwisataan yang dikembangkan oleh Mill & Morrison merupakan model linier, yang menjelaskan hubungan linier antara komponen-komponen di dalamnya, dan  mendapat banyak kritik karena dianggap bukan sebuah sistem. Pada tahun 1992, modelnya disempurnakan dan menunjukkan karakter sistem kepariwisataan yang lebih kuat, walaupun tetap dengan empat komponen utama yang sama dengan model awal.
Model Mill & Morrison menjelaskan bahwa pemasaran menjual destinasi kepada pasar/wisatawan, sementara travel mengantarkan pasar ke destinasi pariwisata. Seluruh komponen tersebut harus dipahami, direncanakan, dan dikelola dengan baik sehingga dapat membangun sistem kepariwisataan yang positif dan memberikan manfaat yang optimal bagi destinasi dan masyarakatnya.
Model sistem kepariwisataan lain yang terkait dengan proses perencanaan/pengelolaan dikembangkan juga oleh Cornelissen pada tahun 2005 yang merupakan pengembangan dari pemikiran Britton (1991) tentang sistem produk pariwisata. Cornelissen menamakan modelnya sebagai The Global Tourism System (Cornelissen 2005).
Cornelissen mengemukakan bahwa pariwisata global memerlukan pasar yang berbeda/spesifik didasarkan pada pertukaran antara produsen dan konsumen pariwisata. Pada sisi permintaan (demand), hal tersebut terdiri dari kelompok-kelompok sosial dengan karakteristik sosial ekonomi dan sosial budaya, minat, kebutuhan, dan keinginan tertentu. Pada sisi sediaan (supply) terdiri dari produsen-produsen yang berinteraksi, inovasi, dan bersaing. Keterkaitan antara produsen dimonitor dan diatur oleh lembaga-lembaga yang mengatur perkembangan/ berjalannya pariwisata (Cornelissen 2005).
The Global Tourism System dapat dilihat pada gambar berikut.



                                           Sumber: Cornelissen 2005
                                         Gambar 4 The Global Tourism System - konteks perencanaan/pengelolaan kepariwisataan

Model sistem kepariwisataan yang dikemukakan oleh Cornelissen ini pada dasarnya melihat kepariwisataan dari dua sisi yang sama dengan yang dikemukakan juga oleh Gunn (1972), yaitu sediaan (supply) dan permintaan (demand), tetapi dengan dengan tambahan komponen lembaga-lembaga pengatur sebagai komponen kontrol.
Keempat sistem kepariwisataan tersebut pada prinsipnya mencakup dua komponen utama, yaitu permintaan (pasar) dan sediaan (supply). Komponen sediaan terdiri dari daya tarik wisata, akomodasi, transportasi (produsen dan produknya) yang diwadahi di destinasi pariwisata. Komponen permintaan terdiri dari keinginan,  kebutuhan, dan persepsi wisatawan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor geografis, psikografis, ekonomi, dan sosial. Seperti sistem kepariwisataan yang dikemukakan oleh Gunn, faktor-faktor eksternal dapat mempengaruhi kinerja sistem kepariwisataan.
Mengacu pada keempat model sistem kepariwisataan tersebut, penulis mengembangkan model sistem kepariwisataan yang menggabungkan komponen-komponen utama dari keempat sistem. Model sistem kepariwisataan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Model di atas menjelaskan bahwa sistem kepariwisataan terdiri dari tiga komponen utama, yaitu permintaan, sediaan, dan perantara. Komponen permintaan dan sediaan sudah dijelaskan dengan rinci sebelumnya. Komponen perantara terdiri dari elemen-elemen yang menghubungkan antara permintaan dengan sediaan, yang mengantarkan pasar pariwisata untuk memenuhi keinginan/preferensi dan kebutuhannya terhadap sediaan pariwisata di destinasi pariwisata yang ditujunya. Seperti juga yang dijelaskan oleh Gunn (2002), kinerja sistem kepariwisataan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, antara lain kebijakan pemerintah, kondisi keuangan/ekonomi, kondisi alam dan budaya, masyarakat, kewirausahaan, dan kompetisi.

  
Daftar Pustaka 

Cornelissen, Scarlett. The Global Tourism System: Governance, Development And Lessons from South Africa (New Directions in Tourism Analysis). Africa: Ashgate Publishing, 2005.
Gunn, C. A dengan Var, Turgut. Tourism Planning: Basics, Concepts, Cases, 4th edition. New York: Routledge, 2002.
Mathieson, A. dan Wall, G. Tourism: Economic, Physical and Social Impacts. New York: Longman, 1982.
Mill, R.C., dan Morrison, A.M. The Tourism System: An Introductory Text. New Jersey: Prentice Hall International, Inc., 1985.
Pratiwi, W. D. Sistem Penawaran dan Permintaan, Kuliah 9. Bahan kuliah Elemen dan Sistem Kepariwisataan 21 Oktober 2010 Magister Terapan Perencanaan Kepariwisataan. Bandung: ITB, 2010.
Scarpino, Michelle. Tourism System: An Analysis of The Literature for Improved Subnational Development.. diunduh dari www.conferencedevelopment.com tanggal 12 Desember 2010. San Sebastian, Spanyol, 2009.