Kepariwisataan merupakan fenomena yang
kompleks, melibatkan banyak sektor dan banyak aktor dalam pembangunannya. Komponen-komponen
dalam kepariwisataan saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Hal ini
menggambarkan bahwa kepariwisataan adalah sebuah sistem.
Pemikiran tentang kepariwisataan sebagai
sebuah sistem mulai berkembang pada tahun 1964, ketika Wolfe mengembangkan outdoor recreation system dan mengemukakan
bahwa pariwisata lebih dari sekedar industri tetapi sebuah sistem yang terdiri
dari komponen-komponen utama yang saling terkait dalam hubungan yang erat dan
saling mempengaruhi (Gunn, 1994). Penelitian-penelitian tentang sistem
kepariwisataan berkembang dengan pesat pada tahun 1970 – 1980-an, serta
sebagian besar membahas tentang dasar teori dan konteks sistem kepariwisataan
dalam proses perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan (Scarpino 2009).
1. Sistem Kepariwisataan sebagai Dasar Teori
Model sistem kepariwisataan sebagai dasar
teori antara lain dibahas oleh Gunn (1972) dan Leiper (1981). Model sistem
kepariwisataan Gunn lebih sarat dengan aspek-aspek ekonomi, yang mengemukakan
keterkaitan antara sisi sediaan (supply)
dengan permintaan (demand) serta
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya. Gunn berpendapat bahwa untuk
memuaskan permintaan pasar, sebuah negara, wilayah, atau masyarakat harus
menyediakan beragam pembangunan dan pelayanan (sisi sediaan). Kesesuaian antara
sisi sediaan dengan sisi permintaan adalah kunci keberhasilan dalam
pengembangan kepariwisataan yang benar (Gunn 2002).
Gunn kemudian menjelaskan bahwa
keberhasilan sistem kepariwisataan dipengaruhi juga oleh faktor-faktor
eksternal. Beberapa faktor dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap
bagaimana kepariwisataan harus dikembangkan (ibid). Gunn mengidentifikasi
sembilan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi sistem kepariwisataan, yaitu
sumber daya alam, sumber daya budaya, organisasi/kepemimpinan, keuangan, tenaga
kerja, kewirausahaan, masyarakat, kompetisi, dan kebijakan pemerintah (Gunn
2002). Model sistem kepariwisataan Gunn dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber: dimodifikasi dari Gunn 2002
Gambar
1 Sistem kepariwisataan Gunn (1972)-dimensi
ekonomi
Berbeda dengan
Gunn, Leiper (1981 dalam Getz 1986) memandang sistem kepariwisataan dari
dimensi spasial. Gunn mengungkapkan bahwa sistem kepariwisataan merupakan
hubungan yang saling ketergantungan antara daerah pembangkit wisatawan dengan
destinasi pariwisata (ibid).
Model Leiper mengidentifikasi lima
komponen dalam sistem kepariwisataan, yaitu wisatawan, daerah tempat tinggal
wisatawan, jalur transit, destinasi pariwisata, dan industri pariwisata. Leiper
juga mengemukakan bahwa pariwisata terjadi jika satu saja dari
komponen-komponen tersebut ada dalam suatu proses yang saling terkait (Leiper
dalam Pratiwi 2010). Sistem kepariwisataan Leiper dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Sumber: Leiper dalam Pratiwi 2010
Gambar 2 Sistem kepariwisataan Leiper (1981)-dimensi spasial
2. Sistem Kepariwisataan dalam Proses Perencanaan/Pengelolaan
Pariwisata
Model sistem kepariwisataan yang mengaitkannya dengan
konteks proses perencanaan/pengelolaan pariwisata dikemukakan antara lain oleh Mill
& Morrison (1985), yang kemudian dikembangkan pada tahun 1992, serta Cornellisen
(2005). Mill & Morrison mengungkapkan empat komponen pembentuk sistem
kepariwisataan, yaitu market (pasar),
marketing (pemasaran), destination (destinasi/daerah tujuan
wisata), dan travel (perjalanan).
-
Market (pasar): mencakup faktor-faktor
yang mempengaruhi pasar dengan penekanan pada perilaku pasar, faktor-faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi perjalanan wisata, dan proses
pengambilan keputusan berwisata.
-
Marketing (pemasaran): menfokuskan pada
strategi bagaimana pengelola pariwisata merencanakan, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa kepada wisatawan.
-
Travel (perjalanan): fokus pada
pergerakan wisatawan, moda transportasi, dan segmen pasar.
-
Destination (destinasi/daerah tujuan wisata):
mencakup proses dan prosedur yang dilakukan oleh destinasi pariwisata dalam
pembangunan dan mempertahankan keberlanjutan kepariwisataan.
Model Mill & Morrison dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Sumber: Scarpino 2009, berdasarkan pada
Mill&Morrison
(1992)
Gambar 3 Sistem kepariwisataan Mill&Morrison (1985)-konteks
perencanaan/pengelolaan kepariwisataan
Pada awalnya, model sistem kepariwisataan yang
dikembangkan oleh Mill & Morrison merupakan model linier, yang menjelaskan
hubungan linier antara komponen-komponen di dalamnya, dan mendapat banyak kritik karena dianggap bukan
sebuah sistem. Pada tahun 1992, modelnya disempurnakan dan menunjukkan karakter
sistem kepariwisataan yang lebih kuat, walaupun tetap dengan empat komponen
utama yang sama dengan model awal.
Model Mill & Morrison menjelaskan bahwa pemasaran
menjual destinasi kepada pasar/wisatawan, sementara travel mengantarkan pasar ke destinasi pariwisata. Seluruh komponen
tersebut harus dipahami, direncanakan, dan dikelola dengan baik sehingga dapat
membangun sistem kepariwisataan yang positif dan memberikan manfaat yang
optimal bagi destinasi dan masyarakatnya.
Model sistem kepariwisataan lain yang terkait dengan
proses perencanaan/pengelolaan dikembangkan juga oleh Cornelissen pada tahun
2005 yang merupakan pengembangan dari pemikiran Britton (1991) tentang sistem
produk pariwisata. Cornelissen menamakan modelnya sebagai The Global Tourism System (Cornelissen 2005).
Cornelissen
mengemukakan bahwa pariwisata global memerlukan pasar yang berbeda/spesifik
didasarkan pada pertukaran antara produsen dan konsumen pariwisata. Pada sisi
permintaan (demand), hal tersebut
terdiri dari kelompok-kelompok sosial dengan karakteristik sosial ekonomi dan
sosial budaya, minat, kebutuhan, dan keinginan tertentu. Pada sisi sediaan (supply) terdiri dari produsen-produsen
yang berinteraksi, inovasi, dan bersaing. Keterkaitan antara produsen dimonitor
dan diatur oleh lembaga-lembaga yang mengatur perkembangan/ berjalannya
pariwisata (Cornelissen 2005).
The Global Tourism System dapat dilihat pada
gambar berikut.
Sumber: Cornelissen 2005
Model sistem kepariwisataan yang dikemukakan oleh
Cornelissen ini pada dasarnya melihat kepariwisataan dari dua sisi yang sama
dengan yang dikemukakan juga oleh Gunn (1972), yaitu sediaan (supply) dan permintaan (demand), tetapi dengan dengan tambahan
komponen lembaga-lembaga pengatur sebagai komponen kontrol.
Keempat sistem kepariwisataan tersebut pada prinsipnya
mencakup dua komponen utama, yaitu permintaan (pasar) dan sediaan (supply).
Komponen sediaan terdiri dari daya tarik wisata, akomodasi, transportasi
(produsen dan produknya) yang diwadahi di destinasi pariwisata. Komponen
permintaan terdiri dari keinginan,
kebutuhan, dan persepsi wisatawan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
geografis, psikografis, ekonomi, dan sosial. Seperti sistem kepariwisataan yang
dikemukakan oleh Gunn, faktor-faktor eksternal dapat mempengaruhi kinerja
sistem kepariwisataan.
Mengacu pada keempat model sistem kepariwisataan
tersebut, penulis mengembangkan model sistem kepariwisataan yang menggabungkan
komponen-komponen utama dari keempat sistem. Model sistem kepariwisataan
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Model di atas menjelaskan bahwa sistem kepariwisataan
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu permintaan, sediaan, dan perantara.
Komponen permintaan dan sediaan sudah dijelaskan dengan rinci sebelumnya.
Komponen perantara terdiri dari elemen-elemen yang menghubungkan antara
permintaan dengan sediaan, yang mengantarkan pasar pariwisata untuk memenuhi
keinginan/preferensi dan kebutuhannya terhadap sediaan pariwisata di destinasi
pariwisata yang ditujunya. Seperti juga yang dijelaskan oleh Gunn (2002), kinerja
sistem kepariwisataan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, antara lain
kebijakan pemerintah, kondisi keuangan/ekonomi, kondisi alam dan budaya,
masyarakat, kewirausahaan, dan kompetisi.
Daftar Pustaka
Cornelissen,
Scarlett. The Global Tourism System: Governance, Development And Lessons from
South Africa (New Directions in Tourism Analysis). Africa: Ashgate Publishing, 2005.
Gunn,
C. A dengan Var, Turgut. Tourism Planning:
Basics, Concepts, Cases, 4th
edition. New York: Routledge, 2002.
Mathieson,
A. dan Wall, G. Tourism: Economic,
Physical and Social Impacts. New York: Longman, 1982.
Mill,
R.C., dan Morrison, A.M. The Tourism System: An Introductory Text. New
Jersey: Prentice Hall International, Inc., 1985.
Pratiwi,
W. D. Sistem Penawaran dan Permintaan,
Kuliah 9. Bahan kuliah Elemen dan Sistem Kepariwisataan 21 Oktober 2010
Magister Terapan Perencanaan Kepariwisataan. Bandung: ITB, 2010.
Scarpino,
Michelle. Tourism System: An Analysis of
The Literature for Improved Subnational Development.. diunduh dari www.conferencedevelopment.com tanggal 12
Desember 2010. San Sebastian, Spanyol, 2009.